PENGARUH BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH HIJAU
TERHADAP pH SALIVA
PADA MAHASISWA JURUSAN KESEHATAN GIGI
TAHUN 2009
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Kepada
Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan SemarangUntuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Diploma III Kesehatan Gigi
Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan SemarangUntuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Diploma III Kesehatan Gigi
Oleh :
RAVIKA DIAH PUSPITA
RAVIKA DIAH PUSPITA
P17425006403
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN GIGIPROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN GIGI
2009
INTISARI
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN GIGIPROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN GIGI
2009
INTISARI
Puspita.R.D. 2009 Pengaruh Berkumur dengan Larutan Teh Hijau Terhadap pH Saliva Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Tahun 2009, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Semarang.
Penguji : Bambang Sutomo, Ani Subekti, Erni Mardiati
Kata Kunci : Berkumur, Larutan Teh Hijau, pH Saliva
Teh hijau mengandung katekin yang bersifat antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans. Bakteri Streptococus Mutans yang berkembangbiak akan menyebabkan terbentuknya plak pada lapisan email gigi dan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut akan menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap perubahan pH saliva.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian ini adalah Quasi Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan kesehatan gigi tahun 2009, sampelnya sebanyak 30 orang, teknik pengambilan sampel secara random sampling. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Paired T-Test.
Hasil penelitian pH saliva sebelum berkumur teh hijau responden terbanyak dalam kriteria asam yaitu sebanyak 13 responden (43,3%) dan sesudah berkumur teh hijau responden terbanyak dalam kriteria basa yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk, data ini termasuk data tidak normal jadi uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Sesuai dengan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kepuasan 95% dengan tingkat kemaknaan 0,05. Dalam penelitian ini diketahui α < 0,05 yaitu α = 0,57 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva. Diharapkan agar penelitian yang akan datang agar ada kelompok kontrol dan dalam pembuatan larutan teh hijau dikerjakan oleh tenaga ahli kimia sehingga hasil penelitian lebih akurat serta masyarakat diharapkan mengkonsumsi teh hijau karena sangat penting untuk kesehatan gigi dan mulut.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam manfaat teh tidak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa bermanfaat seperti polyphenol, theofilin, tannin, katekin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, fluoride, suatu mineral yang dapat mencegah radang gusi dan gigi berlubang (Anonim, 2003). Berdasarkan penelitian secara invitro, katekin mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus Mutans (Naim, 2004).
Dalam rongga mulut dijumpai 10-200 juta bakteri, salah satunya Streptococus Mutans (Tarigan, 1990). Bakteri Streptococcus Mutans yang berkembang biak akan menyebabkan terbentuknya plak pada lapisan email gigi dan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut menurun (Anonim, 2004). Bertambahnya bakteri Streptococcus Mutans di dalam rongga mulut maka akan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut akan semakin menurun sehingga menyebabkan pH menjadi asam, sebaliknya berkurangnya bakteri Streptococcus Mutans di dalam rongga mulut maka akan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut akan semakin naik sehingga menyebabkan pH menjadi basa bahkan bisa menjadi netral (Houwink, 1993).
Semakin rendah nilai pH saliva, makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya meningkatnya nilai p Berdasarkan latar belakang teh hijau yang mengandung senyawa katekin, dimana zat ini berperan menghambat pertumbuhan Streptococus Mutans. Bakteri ini mampu menghasilkan asam. Maka peneliti berkeinginan untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pH saliva sebelum berkumur dengan larutan teh hijau.
b. Mengetahui pH saliva setelah berkumur dengan larutan teh hijau.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Teh hijau
a. Pengertian Teh hijau
Teh hijau merupakan teh yang diambil dari daun pucuk segar, cara pembuatannya dengan melalui proses pemanasan (pelayuan) menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Proses oksidasi dari katekin sangat minimal, oleh karena itu teh hijau didapatkan zat antioksidan dalam jumlah yang lebih besar (Hartoyo, 2003).
Teh hijau banyak diaplikasikan dalam berbagai produk pangan, teh hijau juga dimanfaatkan dalam produk-produk farmasi, bahan septic, produk-produk perawatan rambut semacam shampoo atau conditioner, perawatan mulut seperti pasta gigi, obat kumur dan pelindung bibir. Beragam manfaat teh hijau tidak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa dan sifat-sifat pada daun teh. Teh hijau mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polypenol, theifilm, tanning, katekin serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, fluoride, suatu mineral yang dapat mencegah radang gusi dan gigi berlubang (Hartoyo, 2003).
2. Saliva
a. Pengertian Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-langit (Ircham, 1993).
3. Derajat Keasaman pH Saliva
Keasaman diukur dalam satuan yang disebut pH. Skala pH berkisar dari 0-14 dengan perbandingan terbalik, dimana makin rendah nilai pH, makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambah basa dalam larutan. Pada pH 7 tidak ada keasaman ataupun kebasaan larutan dan disebut netral. Air murni mempunyai pH 7. Air liur secara normal sedikit asam, pH-nya 6,5 (Besford, 1996). Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam ludah menentukan pH dan kapasitas buffer. pH saliva tergantung dari perbandingan antara asam dan konjugasi biasanya yang bersangkutan. Derajat asam dan buffer terutama dianggap disebabkan oleh susunan bikarbonat, yang naik dengan kecepatan sekresi.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian.
Ho : Tidak ada pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva.
Ha : Ada pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment atau sering disebut eksperimen semu yaitu suatu penelitian dengan adanya suatu perlakuan terhadap kelompok sampel tetapi tidak ada kelompok kontrol (semua kelompok sampel mendapatkan perlakuan). Peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan Cross Sectional yang merupakan penelitian sesaat, dimana pengambilan data variabel pengaruh dan variabel terpengaruh dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan waktu (time design series) / rancangan pre-test and post-test group design. Di dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Rancangan yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut: O1--------------x--------------O2
Keterangan :
O1 : Mengukur pH saliva sebelum berkumur larutan teh hijau.
X : Perlakuan berupa kegiatan berkumur dengan larutan teh hijau.
O2 : Mengukur pH saliva setelah berkumur larutan teh hijau.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi berupa keseluruhan jumlah subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang 2008/2009 yang berjumlah 200 orang. 2. Sampel
Sampel penelitian ini sebagian adalah obyek penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Apabila subyek lebih dari 100 maka sampel yang diambil sebanyak 10% - 15%, atau 20%-25% atau lebih. Sedangkan bila kurang dari 100 lebih baik diambil semua (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 200 orang, karena jumlah populasi lebih dari 100, maka peneliti mengambil 15% dari keseluruhan populasi yaitu 30 orang responden, pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisa data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu mendiskripsikan hasil penelitian yang berupa angka dimana data yang diperoleh diolah, dimasukkan dalam tabel, kemudian dihitung skor atau nilai rata-ratanya. Untuk melihat kemaknaan pengaruh setelah berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva, dilakukan uji Paired T-Test, jika dari hasil uji test normalitas didapatkan distribusi data tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon dengan menggunakan tingkat kemaknaan 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh Berkumur dengan Larutan Teh Hijau Terhadap pH Saliva pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Tahun 2009 telah dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2009 dengan 30 sampel. Adapun hasil penelitian sebagai berikut :
Berdasarkan pengukuran pH saliva sebelum berkumur dengan larutan teh hijau responden terbanyak yaitu sebanyak 6 responden (20,0%) pada pH saliva 6,80.
Pengukuran pH saliva sesudah berkumur dengan larutan teh hijau responden terbanyak yaitu sebanyak 9 responden (30,3%) pada pH saliva 6,40.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata pH saliva sebelum berkumur dengan teh hijau adalah 7,00, standar devisiasinya adalah 0,41 sedangkan rata-rata pH saliva sesudah berkumur dengan teh hijau adalah 6,94, standar devisiasinya adalah 0,47. Dari hasil uji test normalitas Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon. Maka didapatkan hasil Pvalue adalah 0,570 yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva.
B. Pembahasan
Teh hijau mengandung katekin yang bersifat antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans (Naim, 2004). Bakteri Streptococus Mutans yang berkembangbiak akan menyebabkan terbentuknya plak pada lapisan email gigi dan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut akan menurun (Anonim, 2004).
Hasil uji test normalitas Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon. Maka didapatkan hasil Pvalue adalah 0,570 yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva.
Hasil uji test normalitas Shapiro-Wilk, didapatkan distribusi data tidak normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon. Maka didapatkan hasil Pvalue adalah 0,570 yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva.
Tidak ada pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau terhadap pH saliva disebabkan karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, jenis makanan yang dikonsumsi, waktu mengkomsumsi makan-makanan yang sebelumnya dengan perlakuan yang relatif singkat, tidak menyikat gigi sebelum perlakuan dan sistem buffer (Mangoenprasodjo, 2005).
Jenis makanan yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap derajat keasaman rongga mulut. Makan-makanan yang banyak mengandung karbohidrat bisa menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri di dalam mulut sehingga akan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut menurun sedangkan makan-makanan yang mengandung protein sebagai sumber makanan bakteri yang akan membangkitkan pengeluaran zat-zat basa (Amerongen, 1991)
Waktu antara mengkonsumsi makan-makanan sebelumnya dengan perlakuan yang relatif singkat. Dimana makan-makanan yang banyak mengandung glukosa akan cepat mengalami proses fermentasi, hasil dari fermentasi tersebut yaitu asam sehingga membuat lingkungan di sekitar gigi juga asam. Sehingga dalam beberapa menit saja derajat keasaman rongga mulut akan menurun. pH akan kembali normal setelah 20-30 menit pasca makan (Mangoenprasodjo, 2005). Jadi, dibutuhkan waktu minimal 30 menit pasca makan agar pH kembali normal sebelum perlakuan.
Tidak menyikat gigi sebelum perlakuan atau sesudah makan hal ini penting. Menyikat gigi segera setelah makan tidak baik karena saat-saat itu adalah masa rentan untuk terjadinya kerusakan permukaan gigi. Jadi, menyikat gigi sebaiknya setengah jam sesudah makan dan agar pH kembali normal (Mangoenprasodjo, 2005).
Tidak menyikat gigi sebelum perlakuan atau sesudah makan hal ini penting. Menyikat gigi segera setelah makan tidak baik karena saat-saat itu adalah masa rentan untuk terjadinya kerusakan permukaan gigi. Jadi, menyikat gigi sebaiknya setengah jam sesudah makan dan agar pH kembali normal (Mangoenprasodjo, 2005).
Kapasitas buffer ludah yang selalu dipengaruhi perubahan-perubahan disebabkan oleh, irama siang dan malam tinggi segera setelah bangun dan seperempat jam setelah makan serta agak naik sampai malam, diet dan perangsangan kecepatan sekresi.
Faktor lain yang menyebabkan tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva adalah banyaknya jenis bakteri di dalam rongga mulut selain Streptococus Mutans yang dapat mempengaruhi derajat keasaman rongga mulut, seperti Streptococus Mitis, Streptococus Salivarius, vibrio colera dan Shigella (Houwink, 1993). Dimana pertumbuhannya tidak dapat terhambat walaupun kita berkumur dengan larutan teh hijau karena di dalam teh hijau mengandung katekin yang hanya berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Streptococus Mutans .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Berkumur dengan Larutan Teh Hijau terhadap pH Saliva pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Tahun 2009” dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil penelitian pH saliva sebelum berkumur dengan larutan teh hijau didapatkan hasil responden tertinggi dalam kriteria asam yaitu sebanyak 13 responden (43,3%), dan responden paling sedikit dalam kriteria netral yaitu sebanyak 5 responden (16,7%).
2. Hasil penelitian pH saliva sesudah berkumur dengan larutan teh hijau didapatkan hasil responden tertinggi dalam kriteria basa yaitu sebanyak 14 responden (46,7%) dan responden paling sedikit dalam kriteria netral yaitu sebanyak 4 responden (13,3%).
3. Hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan hasil Pvalue adalah 0,570 yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh berkumur larutan teh hijau terhadap pH saliva, maka penulis memberikan saran :
1. Peneliti berharap agar penelitian yang akan datang agar ada kelompok kontrol sehingga terdapat kelompok pembanding.
2. Peneliti berharap agar penelitian yang akan datang dalam pembuatan larutan teh hijau dikerjakan oleh tenaga ahli kimia sehingga hasil penelitian lebih akurat.
3. Walaupun pada penelitian ini tidak ada pengaruh berkumur teh hijau terhadap pH saliva, tetapi peneliti tetap menyarankan bekumur dengan teh hijau karena bagus untuk menekan pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang karena di dalam teh hijau mengandung fluoride.
DAFTAR RUJUKAN
Amerongen, A., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah, Gadjah Mada University: Yogyakarta
Anonim, 2003, Mengenal Ragam dan Manfaat Teh, http://www.sadwan- rosela.com/index.html, 26 Desember 2008
Anonim, 2004, Madu, http://www.sadwan-rosela.com/index.html, 27 November 2008
Anonim, 2007, Mengenal Ragam dan Manfaat Teh, http://www.sadwan-rosela.com/index.html, 4 Desember 2008
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta
Besford, 1996, Mengenal Gigi Anda, Arcan: Jakarta
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan, Rineka:Yogyakarta
Houwink, B., 1991, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University: Yogyakarta
Houwink, B., 1991, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University: Yogyakarta
Machfud, I., 1993, Penyakit-Pemyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya, Liberty: Yogyakarta
Mangoenprasodjo, A., 2005, Gigi Sehat dan Mulutku, Gramedia: Jakarta
Naif, 2004, Sejuta Manfaat Teh, http: www.media info.co.id, 4 Desember 2008
Naif, 2004, Sejuta Manfaat Teh, http: www.media info.co.id, 4 Desember 2008
Naim, 2004, Teh, http://www.sinar harapan.co.id//iptek kesehatan.html, 25 Oktober 2008
Roes, 2003, Teh, http://www.sinar harapan.co.id//iptek kesehatan.html, 20 November 2009
Suwelo, I.S., 1992, Karies Pada Anak dengan Berbagai Etiologinya, UNS: Jakarta
Sillalahi, J., 2001, Senyawa Polifenol Sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat dalam Teh, Majalah Kedokteran Indonesia: Bandung
Tarigan, R., 1990, Karies Gigi, Hipokrates: Jakarta
RIWAYAT HIDUP
Ravika Diah Puspita adalah putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Parjito dan Ibu Wahyuni, lahir di Boyolali pada tanggal 25 Oktober 1988. Dia tumbuh dan dibesarkan di Boyolali, Jawa Tengah. Sekolah Dasar ditempuh di Sekolah Dasar Jipangan II dan lulus pada tahun 2000, melanjutkan sekolah ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) N Banyudono I, dan lulus tahun 2003. Setelah itu melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh adalah di Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Gigi dari tahun 2006 sampai sekarang.